Flash Banner

INVESTASI CUMA RP 10.000,-

Kamis, 17 Juli 2014

Cerita Tentang Karman: REVIEW BUKU 'KUBAH'



Tepat disampul depan bagian bawah ada ungkapan gus Dur, ini adalah karya tentang gagasan besar rekonsiliasi peristiwa G30S 1965/PKI. Pada sampul bagian belakang buku ini juga sudah tertera synopsis singkat tentang bagaimana alur cerita yang akan disajikan oleh Ahmad Tohari, dari inti tulisan tersebut dapat menggugah pembaca untuk segera menamatkan buku ini karena penasaran bagaimana cerita selengkapnya.

Ahmad Tohari membuat alur yang indah sehingga pembaca tidak bosan, alur yang maju mundur membuat pembaca tidak bisa membaca dengan melompat-lompat, namun harus urut sehingga makna yang didapatkan bisa secara utuh. Penggambaran karakter yang cukup jelas sehingga pembaca bisa secara mandiri untuk membuat penggambaran yang jelas. Ahmad Tohari mengaplikasikan teori-teori tentang komunis kedalam bentuk yang sederhana sehingga pembaca tak perlu berulang-ulang membaca untuk memahaminya. Namun yang masih saya pertanyakan apakah memang semua ajaran komunis itu salah, mengapa yang banyak diceritakan tentang komunis di negeri ini sarat dengan hal yang buruk. Saya masih penasaran tentang hal yang berkaitan dengan komunis dibalik semua label keburukan itu.

Karman sebelum bertemu dengan Marni pernah cinta mati dengan Rifah, Syarifah ibu Jabir, anak dari Haji Bakir. Setelah Rifah menikah dengan yang lain, Karman masih terngiang dan untuk beberapa tahun ia belum bisa melupakannya sampai akhirnya bertemu dengan Marni yang bisa menaklukan hatinya. Namun sayangnya saya tidak mendapatkan penggambaran yang utuh tentang bagaimana Marni bisa memikat hati Karman yang dalam perjalanan cintanya karman seolah lupa dengan masa lalunya dengan Rifah.

Karman disini digambarkan sebagai korban yang mulanya tidak tau apa-apa, namun dari awal Karman yang sudah menjadi target kader partai secara berkelanjutan oleh orang partai untuk menanamkan ajaran partai secara tersirat kepada Karman atas awal mula penanaman jasa kepada Karman terhadap orang partai. Dalam jangka waktu dua tahun karman berubah pandangan berpikirnya dari awal yang taat pada agama secara terang-terangan membenarkan ajaran partainya yang menganggap agama adalah candu bagi orang yang tertindas agar tidak melakukan resistensi terhadap orang yang berada diatasnya yang berlaku semena-mena.

Terlepas dari semua itu novel ini mengingatkan lagi bagaimana salah satu sejarah bangsa ini tentang perjalanan setelah kemerdekaan, makar berdarah yang membuat ada pembeda yang benar dan salah, yang dibenarkan dan disalahkan, yang untuk menebus kesalahan itu adalah dengan kematian dan juga pengasingan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar