Flash Banner

INVESTASI CUMA RP 10.000,-

Kamis, 14 November 2013

Louis Althusser dengan Ideologi dan Aparatur Negara



Oleh Susi Mardiyanti :)
Louis Althusser yang sering disebut dengan panggilan Althusser adalah seorang filsuf Perancis, pemikir postmodern (strukturalis) yang mengikuti Marx. Hal yang menjadi pemikirannya adalah tentang aparatus (RSA/Repressive State Apparatus, ISA/Ideological State Apparatus), interpelasi, Tesis 1: ideologi merepresentasikan relasi individu yang imajiner pada kondisi-kondisi nyata dari eksistensinya, Tesis 2: ideologi memiliki eksistensi material, dll. Pemikirannya ini termuat dalam essay nya yang berjudul Lenin and Philosophy and Other Essays (1971). Althusser merupakan pembaca pemikiran Marxisme yang dilakukannya adalah menerima apa yang menurutnya tepat dan mengkritisi apa yang menurut Marx tidak tepat untuknya. Marx yang mengungkapkan bahwa semua permasalahan social bertumpu pada masalah ekonomi. Ternyata ia mempunyai pandangan lain tentang hal itu, dia berpikir bahwa bukan ekonomi yang memegang kendali tersebut.
 
Althusser beranggapan bahwa ideology adalah penggerak dari segala aspek kehidupan ini ‘tak ada sesuatupun di luar ideologi’. Kita ambil contoh pada sebuah Negara, setiap Negara mempunyai  satu ideology yang dianut. Salah satu efek dari ideologi adalah naturalisasi relasi produksi atau menjadikan relasi produksi yang ada nampak  alamiah, seolah sudah dari kodratnya demikian. Dalam menjalankan fungsi naturalisasi ini, Althusser memilah dua bentuk aparatus yang bekerja. Aparatus yang paling kasat mata adalah aparatus represif negara, yakni seluruh mekanisme memaksa yang bekerja dalam memastikan tereproduksinya syarat-syarat produksi. Contohnya adalah pemerintah, pengadilan, penjara, angkatan bersenjata dan lain sebagainya. Jenis aparatus lain yang bekerja secara lebih ‘halus’ adalah aparatus ideologis negara, yakni segala mekanisme persuasif-ideologis yang berfungsi menjamin reproduksi syarat-syarat produksi. Contohnya adalah agama, pendidikan, keluarga, kebudayaan dan seterusnya. Apabila aparatus jenis pertama bekerja melalui kekerasan, aparatus jenis kedua ini bekerja melalui internalisasi nilai secara ‘humanis. 
Ideology bekerja atas dasar yang dinamakan dengan subjektivitas. Manusia adalah subjek kehidupan, pembuat ideology adalah manusia. Meskipun manusia tidak selalu melakukan subjektivitas namun, ia dalam kehidupannya manusia adalah subjek, karena ia subjek ia melakukan interpelasi, hal yang bisa membuat orang lain tertarik. Seperti halnya iklan, banyak orang yang tertarik padahal iklan itu bersifat subjek untuk iklan itu sendiri. Contoh lain ketika Mahasiswa melakukan pelanggaran, seharusnya ia tidak boleh memakai kaos namun menurut subjek ia membenarkan diri memakai kaos. Dan dari contoh-contoh tersebut ia membuktikan bahwa semuanya berlandas ideology menjelaskan bahwa tidak ada praktik (apa pun) kecuali melalui dan di dalam ideologi, dan tidak ada ideologi apa pun kecuali demi subjek dan melalui subjek. Sama halnya Ideology yang ada disuatu Negara, percaya tidak percaya adalah bentukan dari subjektivitas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar