Oleh Susi Mardiyanti :)
Louis Althusser yang sering disebut dengan panggilan Althusser adalah seorang filsuf Perancis, pemikir postmodern (strukturalis) yang mengikuti Marx. Hal yang menjadi pemikirannya adalah tentang aparatus (RSA/Repressive State Apparatus, ISA/Ideological State Apparatus), interpelasi, Tesis 1: ideologi merepresentasikan relasi individu yang imajiner pada kondisi-kondisi nyata dari eksistensinya, Tesis 2: ideologi memiliki eksistensi material, dll. Pemikirannya ini termuat dalam essay nya yang berjudul Lenin and Philosophy and Other Essays (1971). Althusser merupakan pembaca pemikiran Marxisme yang dilakukannya adalah menerima apa yang menurutnya tepat dan mengkritisi apa yang menurut Marx tidak tepat untuknya. Marx yang mengungkapkan bahwa semua permasalahan social bertumpu pada masalah ekonomi. Ternyata ia mempunyai pandangan lain tentang hal itu, dia berpikir bahwa bukan ekonomi yang memegang kendali tersebut.
Althusser beranggapan bahwa ideology adalah penggerak dari segala
aspek kehidupan ini ‘tak ada sesuatupun di luar ideologi’. Kita ambil contoh
pada sebuah Negara, setiap Negara mempunyai
satu ideology yang dianut.
Salah satu efek dari ideologi adalah naturalisasi relasi produksi
atau menjadikan relasi produksi yang ada nampak alamiah, seolah sudah dari kodratnya demikian.
Dalam menjalankan fungsi naturalisasi ini, Althusser memilah dua bentuk
aparatus yang bekerja. Aparatus yang paling kasat mata adalah aparatus represif negara, yakni
seluruh mekanisme memaksa yang
bekerja dalam memastikan tereproduksinya syarat-syarat produksi. Contohnya
adalah pemerintah, pengadilan, penjara, angkatan bersenjata dan lain
sebagainya. Jenis aparatus lain yang bekerja secara lebih ‘halus’ adalah aparatus ideologis negara, yakni
segala mekanisme persuasif-ideologis yang berfungsi menjamin reproduksi
syarat-syarat produksi. Contohnya adalah agama, pendidikan, keluarga,
kebudayaan dan seterusnya. Apabila aparatus jenis pertama bekerja melalui
kekerasan, aparatus jenis kedua ini bekerja melalui internalisasi nilai secara
‘humanis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar