Flash Banner

INVESTASI CUMA RP 10.000,-

Selasa, 08 Januari 2013

BAHASA MADURA DIBALIK TIRAI: BELAJAR BAHASA, KEUNIKAN, DAN PENYEBARANNYA



MAKALAH

Tugas mata kuliah Bahasa Indonesia untuk nilai Ujian Akhir Semester

Yang dibina oleh Bapak Machrus Abadi, S.Pd.

Oleh
Susi Mardiyanti
125110800111021
 



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Ketika orang mendengar kata Madura yang terbesit dipikiran mereka adalah pulau yang gersang dan panas, makanan yang nama belakangnya ada embel-embel Madura, carok, karapan sapi, dan dialek kebahasaan khas mereka. Tidak bisa dilupakan hal baru yang muncul sekarang ini adalah fenomena bangunan jembatan Suramadu, yang lekat hubungannya dengan Madura. Fenomena bangunan tersebut dituduh sebagai media untuk megaburkan bahasa Madura, entah benar atau tidak. Itu hanya sebuah opini yang tidak menyeruak kepermukaan.
Seseorang dari Madura sudah bisa dipastikan saat pertama kali bertemu hanya dari ucapan/logatnya, dalam bahasa Jawa bisa dikatakan medok. Ada juga orang Madura logatnya yang melekat, meskipun orang tersebut berbahasa Indonesia tetapi bisa didengar tetap logat bahasa Madura. Bisa dilihat pada para pedagang yang ada di daerah Ampel, sebagian besar dari mereka berasal dari Madura.
Pulau yang disebut sebagai pulau garam ini masih dalam lingkup Pulau Jawa, tetapi bahasa yang mereka pakai sebagai bahasa ibu bukan bahasa Jawa melainkan bahasa Madura, bahkan ada dari mereka yang tidak mengerti bahasa Jawa. Bila dikaji lagi ternyata bahasa Madura dan Jawa memiliki kemiripan di beberapa bagian penyebutan kata.
Menurut sebagian orang, bahasa Madura termasuk bahasa yang unik. Mengapa begitu? Karena dialeknya yang khas yang tidak mudah ditiru untuk waktu yang sebentar sehingga menjadi ciri khas daerah itu.
Dari pengalaman  yang penulis baca dari blog[1] seseorang bahwa selama satu tahun tidak cukup untuk bisa berdialek bahasa Madura.
Untuk orang dari luar Madura yang pertama kali mendiami pulau ini atau hanya sekedar melihat/mendengar percakapan orang antar suku Madura, yang terlihat adalah semacam pertengkaran. Karena memang dialek mereka yang berwarna seperti itu. Itu yang menjadikan suatu polemik, ada yang beranggapan bahasa Madura adalah bahasa yang kasar dalam artian konotasi. Ada juga yang beranggapan bahwa Bahasa Madura termasuk bahasa yang aneh karena dialeknya yang nyeleneh dan cenderung tidak enak didengar telinga.
Orang-orang yang hidup di daerah perkotaan mungkin beranggapan seperti itu, tetapi lain halnya dengan orang asing atau orang yang cinta budaya Indonesia menganggapnya sesuatu yang unik dan termasuk budaya yang perlu dilestarikan, mengingat bahwa globalisasi semakin dewasa sehingga menyebabkan tergerusnya bahasa tersebut. Hal ini dibuktikan dengan adanya kelompok orang yang mendiami Madura yang dialognya menggunakan bahasa Indonesia, dan ada anak-anak kecil disana bahkan tidak bisa melafalkan bahasa daerah mereka.
Ada perbedaan yang mencolok menurut penulis, antara orang Madura yang berbicara Bahasa Indonesia dengan biasa dan orang Madura yang tidak bisa melepas logatnya meskipun berbicara Bahasa Indonesia. dan penulis akan mencoba mengungkapnya.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perkembangan bahasa Madura?
2.      Bagaimana pembagian tingkatan bahasa pada bahasa Madura?
3.      Apakah keunikan bahasa Madura?
4.      Bagaimana bahasa Madura digunakan di kota-kota perantauan?

1.3  Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui perkembangan bahasa Madura.
2.      Untuk mengetahui macam-macam tingkatan bahasa yang ada di bahasa Madura yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
3.      Untuk mengetahui sisi lain dari bahasa Madura yang dinilai unik.
4.      Untuk mengetahui bahasa Madura di kota-kota perantauan.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Identifikasi Bahasa Madura
Menurut Koentjaraningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi (2009: 261), Bahasa atau sistem perlambangan manusia yang lisan maupun tertulis dipergunakan untuk berkomunikasi satu dengan yang lain.
Menurut Salzner dalam bukunya Aprachenatlas des Indopazifischen Raumes (Wiesbaden,1960), bahasa Madura serumpun dengan bahasa-bahasa Austronesia, yang termasuk pula bahasa Madagaskar, Formosa, Philipina, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, Kalimantan, Sulawesi, Sunda, dan bahasa Melayu di Malaka. Penutur bahasa Madura merupakan yang terbanyak keempat dari 726 bahasa daerah di Indonesia setelah bahasa Indonesia, Jawa dan Sunda. Dengan demikian, bahasa Madura menjadi bahasa yang cukup terkenal dikalangan masyarakat Indonesia
Bahasa Madura adalah bahasa yang digunakan Suku Madura. Bahasa Madura mempunyai penutur kurang lebih 14 juta orang[2], dan terpusat di Pulau Madura, Ujung Timur Pulau Jawa atau di kawasan yang disebut kawasan Tapal Kuda terbentang dari Pasuruan, Surabaya, Malang, sampai Banyuwangi, Kepulauan Masalembo, hingga Pulau Kalimantan.
Bahasa Madura merupakan anak cabang dari bahasa Austronesia ranting Malayo-Polinesia, sehingga mempunyai kesamaan dengan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia.
Bahasa Madura banyak terpengaruh oleh Bahasa Jawa, Melayu, Bugis, Tionghoa dan lain sebagainya. Pengaruh bahasa Jawa sangat terasa dalam bentuk sistem hierarki berbahasa sebagai akibat pendudukan Mataram atas Pulau Madura. Banyak juga kata-kata dalam bahasa ini yang berakar dari bahasa Indonesia atau Melayu bahkan dengan Minangkabau, tetapi sudah tentu dengan lafal yang berbeda.
Dari semua pengaruh yang ada, bisa dikatakan bahwa Suku Madura adalah suku dengan bilingual yaitu menguasai dua bahasa, Bahasa Madura dan Bahasa Indonesia. Tidak menutup kemungkinan bahwa suku Madura ada yang menguasai lebih dari dua bahasa, multilingual.
Sebagaimana bahasa-bahasa di daerah, di Madura juga terpecah menjadi bermacam-macam dialek. Tetapi, yang di benarkan hanya ada empat dialek, yaitu: dialek Bangkalan, dialek Pamekasan, dialek Sumenep dan dialek kangean[3].
Dialek yang dijadikan acuan standar Bahasa Madura adalah dialek Sumenep, karena ada yang mengasumsikan bahwa daerah itu sebagai pusat pemerintahan dan pusat kebudayaan suku bangsa Madura[4]. Tetapi dalam kenyataannya dialek tersebut tidak bisa menjadi standar dialek dalam berkomunikasi, karena tiap berpindah ke  lain tempat di Madura pasti ada perbedaan dialek tetapi tidak sampai mengganggu kelancaran berkomunikasi.
Menurut Soegianto dkk, (1981:114/115) menyatakan bahwa kesimpulan mereka saat melakukan penelitian mengenai kemampuan murid kelas IV SD dalam mendengarkan dan berbicara bahasa Madura cukup. Namun dalam perinciannya menyebutkan bahwa untuk pelaksanaan mata pelajaran bahasa Madura kondisi, sifat, peranannya dapat dikatakan kurang terpelihara bahkan dapat dikatakan terliwarkan yang seharusnya mendapat perhatian yang positif terutama perhatian dari suku Madura itu sendiri. Penulis kira itu bukan hanya terjadi di Madura saja. Hal yang demikian itu dapat diasumsikan bahwa pelajaran bahasa daerah untuk mereka anak-anak kecil kurang menarik minat mereka yang lebih dikalahkan oleh perkembangan teknologi.
Pada era globalisasi saat ini, bahasa Madura rawan terabaikan. Kebanyakan dari keturunan mereka, anak dan cucu tidak menggunakan bahasa Madura melainkan bahasa persatuan. Bahasa Indonesia. Entah ini benar atau salah penulis tidak bisa menjelaskan lebih dalam, tetapi penulis akan beropini yang besifat subjektif.
Bahasa merupakan salah satu wujud dari budaya. Sifat budaya sendiri salah satunya adalah dinamis, berkembang mengikuti zaman. Bila bahasa itu dirasa tidak sesuai dengan jaman, yang terjadi adalah peralihan ke bahasa yang bisa lebih diterima dikehidupan manusia.
Terlepas dari itu semua, faktor internalisasi, enkulturasi dan sosialisasi termasuk faktor yang dominan dalam pembentukan karakter budaya. Bila suatu masyarakat menjaga kelestarian budayanya, seperti menurunkannya kepada keturunannya secara intensif yang terjadi adalah terbawanya budaya tersebut dimanapun ia berada. Termasuk juga bahasa, bila suatu daerah diwajibkan untuk bisa berbahasa daerah mereka, maka yang terjadi adalah lestarinya bahasa daerah mereka meskipun dengan awal sifat yang mengikat.
Dilain pihak, tidak ada yang salah dengan peralihan bahasa daerah ke bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini masih disebut  nasionalisme, yang menjadi permasalahan apabila bahasa itu bukan bahasa Indonesia. Tetapi ada baiknya bila masyarakat suatu daerah mengenal bahasa daerahnya, itu merupakan salah satu bukti kecintaan pada daerah asalnya. Orang Jawa mengetahui dan bisa bahasa Jawa, orang Sunda mengetahui dan bisa bahasa Sunda, orang Madura juga mengetahui dan bisa berbahasa Madura, itu sudah sangat ideal sebagai masyarakat suatu daerah.

2.2  Tingkatan dalam Bahasa Madura
Seperti halnya bahasa Jawa dan Bali, bahasa Madura juga mempunyai tingkatan-tingkatan tergantung siapa subjek dan objek yang melakukan interaksi. Bila yang berkomunikasi sesama anak muda, bahasa yang dipakai biasanya lebih kasar dibandingkan bahasa yang digunakan seorang anak kepada orang tuanya.
ü Ja' - iya setara dengan bahasa ngoko di bahasa Jawa. Bahasa ja’iya ini akan digunakan antara orang Madura yang sudah akrab, antar teman sebaya dan orang tua yang berbicara kepada anaknya.
Contoh:  
·         Berempa' arghena paona? (Mangganya berapa harganya?)
·         Be’en nyamanah bhender (kamu namanya betul)
·         Sengko’ terro ka be’en (aku cinta padamu)           
ü Engghi-Enthen setara dengan krama inggil/ngoko alus di bahasa Jawa. Bahasa ini lebih halus daripada sebelumnya. Biasa digunakan kepada orang-orang yang baru dikenal, karyawan kepada bosnya, dan sebagainya.
Contoh:
·         Sampeyan asmana lerres (kamu namanya betul)
·         Abdina terro ka sampeyan (aku cinta padamu)
·         Bula sanonto badhi ka pasara (saya sekarang akan ke pasar)
ü Engghi-Bunthen setara dengan bahasa krama alus di bahasa Jawa. Bahasa paling halus yang ada di Madura. Bahasa ini seharusnya dipakai pada pembicaraan anak kepada orang tuanya, sebagai wujud rasa hormat. Tetapi melihat era masa sekarang ini, keseharusan itu tidak terlaksana karena sangat kecil jumlah anak di Madura yang bisa bahasa Enggih-Bunthen. Bahasa ini masih dipakai oleh sesepuh suku Madura.
Contoh:
·         Saponapa argheneppon paona? (Mangganya berapa harganya?)
·         Panjhenengan alongghua daq kamma? (kamu akan pergi kemana?)
·         Kaula mangken ka pasara (saya sekarang akan ke pasar)

2.3  Sisi lain dari Bahasa Madura
Bahasa Madura mempunyai sistem pelafalan yang unik. Begitu uniknya sehingga orang luar Madura yang berusaha mempelajarinya pun mengalami kesulitan, khususnya dari segi pelafalan tadi. Waktu satu tahun tidak mungkin cukup untuk fasih Bahasa Madura, itu pengalaman seseorang yang pernah penulis baca[5].
Bahasa Madura mempunyai lafal sentak dan ditekan terutama pada konsonan [b], [d], [j], [g], jh, dh dan bh atau pada konsonan rangkap seperti jj, dd dan bb . Namun demikian penekanan ini sering terjadi pada suku kata bagian tengah.
Sedangkan untuk sistem vokal, Bahasa Madura mengenal vokal [a], [i], [u], [e], [É™] dan [o].
Sebagai suatu bahasa, bahasa Madura mempunyai cirri-ciri khas baik dalam bidang fonologi (bunyi bahasa), morfologi (bentuk), maupun sintaksisnya (tata/susunan kata atau kalimat).
 Keunikan bahasa Madura[6] antara lain :
1.      Tidak mengenal kata ganti orang ketiga. Jadi, bahasa Madura tidak mengenal istilah dia, -nya, mereka. Yang ada di bahasa Madura untuk menyebut istilah tersebut menggunakan roah atau jiah. Tidak ada pemisahan masing-masing arti tersebut. Dia, -nya, mereka dan kata ganti orang ketiga lainnya menggunakan kata roah atau jiah.

2.      Mempunyai fonem-fonem beraspirat dan tanaspirat.
Fonem berasal dari kata fon yang berarti bunyi. Samsuri (1987: 125) menyatakan bahwa Ilmu yang mempelajari tentang bunyi disebut fonetik. Fonem-fonem yang ada di bahasa Madura ada 2 yaitu, tanaspirat danaspirat. Tanaspirat : baba (=bawah) Aspirat : bhabang (=bawang). Fonem beraspirat disebut konsonan berra’ antep., sedangkan yang tanaspirat disebut berra’ alos atau ambar gherrungan. Hanya pada bahasa Madura saja yang mempunyai fonem beraspirat.

3.   Mempunyai fungsi morfem “Tang” atau “Sang”
Morfem adalah komposit bentuk pengertian yang terkecil sama atau mirip yang berulang[7]. Morf dapat terberntuk dari dari sebuah fonem atau lebih. Pengenalan morfem-morfem dapat dilakukan dengan membandingkan-bandingkan bagian-bagian yang berulang, dan dengan mengadakan subtitusi. Namun, dalam bahasa Madura morfem mempunyai fungsi Tang atau Sang yang bisa dibilang unik. Bahasa Madura “asli” yang belum terpengaruh bahasa lain, sebagai penanda milik (possessive pronoun) orang pertama dalam tingkat bahasa umum “enja’-iya”, dipakai istilah “tang” atau “sang”. Contoh: tang buku (=buku saya) bukan : bukuna sengko’.

4.   Mempunyai fungsi morfem (--a).
Untuk menyatakan kata kerja bentuk future “akan”, menggunakan sufiks (akhiran) a (--a).
 Contoh: Sengko’ abinea (=saya akan beristri); Sengko’ burua (=saya akan lari).

5.   Mempunyai fungsi prefiks (e--).
Kalimat pasif bahasa Madura mudah diketahui dengan dipakainya prefiks (e-) pada kata kerjanya, baik pelakunya orang pertama, kedua atupun ketiga.

6.   Morfonemik yang ada pada bahasa Madura. (Samsuri, 1987: 217)
Contohnya:  /soroy/ artinya ‘sikat’ - /soroyyah/ artinya ‘sikat itu’
/ajam/ artinya ‘ayam’- /ajammah/ artinya ‘ayam itu’
/pereη/ artinya ‘piring’ – /pereηηah/ artinya ‘piring itu’
/cellÓ™/ artinya ‘dingin - /cellÓ™bbah/ artinya ‘dinginnya’
/kamar/ artinya ‘kamar’ - /kamarrah/ artinya ‘kamar itu’
/otÓ™k/ artinya ‘otak’ - /otÓ™ggah/ artinya ‘otak itu’
/po?lot/ artinya ‘pensil’ – /po?loddah/ artinya ‘pensil itu’

7.   Sastra Madura ‘Dungngeng’ dan syi’ir[8]
Dalam kehidupan sehari-hari istilah sastra berarti prosa atau puisi. Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang senantiasa mengandung nilai (value).[9] Salah satu karya sastra Madura adalah dungngeng yang biasa kita sebut dongeng.
Beberapa dungngeng Madura yang terkenal adalah dungngeng kepahlawanan pangeran Tronojoyo, Potre Koneng, Asal muasal kerapan sapi, Sakera, Ke’ lesap, Angling Darma Ambya Madura, dll.
Contoh yang kedua dari sastra populis adalah syi’ir. Syi’ir merupakan rangkaian kata-kata indah yang membentuk kalimat-kalimat yang terpadu dan biasanya syi’ir ini di baca di pesantren-pesanten, majlis ta’lim, dan walimatul urs. Si’ir Madura tersusun dari 4 padda/biri (baris). Tiap padda terdiri dari 10 keccap (ketukan). Tiap akhir suara pada padda mengandung pola a – a – a – a. Isi syi’ir bermacam-macam, bergantung dari selera dan kesenangan serta tujuan dari pembuatnya. Jenis-jenis syi’ir beraneka ragam seperti syi’ir yang menceritakan kisah nabi, cerita orang mati siksa kubur, perhatian pada pendidikan, agama atau akhlak.
Contoh-contoh syi’ir adalah sebagai berikut:
 Pong-pong gi’ kene’ gi’ ngodha-ngodha
 Pabajeng nyare elmo akida
 Manabi nyaba dhapa’ gan dhadha
 Kastana ampon bi’ tadha’padha
Terjemahan:     
Mumpung masih kecil masih muda-muda
Rajinlah mencari ilmu akidah
Apabila nyawa telah sampai di dada
Menyesalpun tidak akan ada manfaatnya

Mayyidda nanges e dhalem kobur
Enga’ odhi’na gabay ta’ lebur
Lemang baktona lakona kendhur
Seksana kobur patang kajendhur
Terjemahan:   
Mayatnya menangis di dalam kubur
Mengingat hidupnya berbuat buruk
Liwa waktunya dikerjakan asal
Siksa kubur silih berganti

E dhalem kobur tako’ parana
Enneng kadibi’ tadha’kancana
Bannya’ amal se ta’ katarema
Amarga bangal ka reng towana
Terjemahan:  
Di dalam kubur takut sekali
Tinggal sendirian tidak ada teman
Banyak amal yang tidak diterima
Karena berani pada orangtuanya

Dungngeng dan syi’ir secara umum sering dijumpai keberadaannya dalam masyarakat. Hal tidaklah aneh mengingat hubungan kekerabatan masyarakat Madura dan jiwa relijius mereka masih sangat kuat dan kental sehingga tingkat interaksi sosial dan kegiatan relijus mereka masih tinggi. Tingginya tingkat interaksi sosial dan seringnya diadakan kegiatan relijius seperti pengajian dan perayaan-perayaan agama, maenyebabkan kesempatan penyampaian sastra jenis ini menjadi semakin besar pula. Karena sifatnya yang umum dan tumbuh berkembang bersama tradisi-tradisi populis yang ada di pulau Madura inilah, maka kadang sastra jenis ini disebut sastra primer.

8.   Logat sejati Madura
Selain itu, pernakah anda memperhatikan orang-orang Madura bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia? yang terjadi ada dua hal. Yang pertama, mereka berbicara bahasa Indonesia tetapi logatnya tetap bahasa Madura. Yang kedua logat bahasa Madura mereka sedikit tidak kentara, ini hasil dari pengamatan penulis secara berkala, kalau hanya sekali mendengar mungkin terkesan logat Maduranya tidak ada. Bisa diambil kesimpulan bahwa logat kemaduraan mereka masih ada meskipun dengan prosentase yang amat kecil. Kadar itu ditentukan oleh tingkat pendidikan orang Madura tersebut, yang logatnya kental itu seperti pedagang-pedagang asongan, dan sejenisnya yang dinilai pendidikannya rendah. Sedangkan orang Madura yang berpendidikan tinggi, terbiasa dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kadar logatnya maduranya hampir tidak terdeteksi. Namun, logat tersebut tidak bisa terpisah dari mereka. Logat mereka yang demikian itu bisa dinilai sebagai wujud keaslian mereka sebagai putera daerah, dan sebagai cap alam bahwa mereka terlahir dari golongan suku Madura.


2.4  Bahasa Madura Dasar
Perkenalan dengan bahasa baru biasanya dimulai dengan ungkapan sehari-hari, hal-hal yang umum dan juga hitungan angka yang bertujuan untuk mempermudah ingatan, layaknya anak kecil yang belajar bahasa. Seperti halnya bahasa lain bahasa Madura  juga mempunyai bahasa sehari-hari untuk pemula yang baru belajar. Penulis mengutipnya dari kamus bahasa Madura online[10].
§  Angka-angka
~     Settong = Satu
~     Dhuwwe’ = Dua
~     Tello’ = Tiga
~     Ampa’ = Empat
~     Lemma’ = Lima
~     Enem = Enam
~     Petoh = Tujuh
~     Bhellu’ = Delapan
~     Sanga’ = Sembilan
~     Sapoloh = Sepuluh
~     Sebheles = sebelas
~     Dhu’bheles = dua belas
~     Dhupolo = dua puluh
~     Selekkor = dua puluh satu
~     Dhuwelekkor = dua puluh dua
~     Tello’lekkor = dua puluh tiga
~     Ampa’lekkor = dua puluh empat
~     Seghemmi’ = dua puluh lima


§ Bahasa Madura dasar harian
~   Dhe’ remma kabereh? (huruf ‘e’ dibaca seperti kata telan, sedangkan ‘b’ terbaca seperti bh) = apa kabar..
~   Bheres = sehat
~   Ta’ tao / ta’ oneng = tidak tahu
~   Atore/ tore = silahkan
~   Iye (kasar), engghi (halus) = iya
~   Je’ (kasar), bunten (halus) = tidak
~   Ghi ta’ / ghi bellon = belum
~   Dhimma? = dimana?
~   Kamma? = kemana?
~   Arapa ? / Ponapa? (halus) = kenapa?
~   Dhe’ remma/ Beremma? = bagaimana?
~   Sémma? = yang mana?
~   Sapa?/ Paséra? (Halus) = siapa?
~   Bhille? = kapan?
~   Berempa’? / Saponapa? (halus) = berapa?
~   Bedhe = ada
~   Mattor sakalangkong = terima kasih
~   Dhe’-padhe’ = sama-sama
~   Nyo’on sapora = minta maaf
~   Gu’ –lagghu’ = besok
~   Ta’ andhi pesseh = nggak punya uang
~   Ongghu = sungguh
~   Raddin = cantik
~   Bhegghus = bagus
~   Sengko’ (biasa)/ Bhule (menengah)/ bedhen kaule (halus) = saya
~   Be’en/sampeyan(menengah)/panjenengngan (halus) = anda
~   Berempa’ arghena paona? (biasa) = berapa harga mangganya?
~   Saponapa argheneppon paona? (halus) = berapa harga mangganya?
~   Étaber ghi = ditawar ya?
~   Sengko’ terro ka be’en = aku cinta padamu

§ Kamus mini bahasa Madura[11]
KATA KERJA :
 bangun -------------  jegeh, tangngeh
 benar --------------- onggu, ongguan
 berbicara -----------  ngocak
 berdiri -------------- naddhek/manjeng
 berjalan/jalan ------- ajelen/ajelen
 berlari/lari ---------- buruh/aberkak
 bohong ------------- ngomong, gendek, carpak
 datang ------------- deteng
 duduk -------------- tojuk
 makan -------------- ngakan
 mandi -------------- mandih
 membaca/baca ----- mecah/becah
 mengantuk/ngantuk ----------------------  ngantok/katondu
 menulis/tulis ------- noles/toles
 minum -------------  ngenom
 pergi --------------- Entar
 tersenyum/senyum - mesem
 tertawa ------------- agellek/ngakak
 tidur ---------------  tedung

KATA BENDA :
 air ------------------  aeng
 bantal--------------- bental
 bedak--------------- bede’
 botol    ------------- butol
 garam--------------- buje
 guling -------------- guling
 kaca---------------- kacah
 kasur---------------- kasor
 laci------------------ laci
 lemari--------------- lomareh
 nasi----------------- Nase’
 selimut-------------- sapo’
 seprai--------------- soprei
 sisir  ---------------- soroi

SUBJEK :
 adik----------------- alek
 ayah---------------- bapak, ramah, aba
bibi------------------ bu de, bhEbhEk, bu lek
 guru ---------------- guruh
 ibu ----------------- ma’, ebuh, mbok, mok
 ipar----------------- epar
 kakak--------------- cacak, kakak
 kakek -------------- yai, mba lakek, kai
 kyai----------------- kyaih
 mbak--------------- mbhuk, ajuh, yuk, neng
 mertua ------------- matuah
 musuh-------------- moso, laben
 nenek--------------- nyai, mba binek,
 paman-------------- gutteh, paman, pak de, pak lek, ma’ ene;, wak
 saudara ------------ taretan
 teman--------------- kancah

KATA SIFAT :
 baik----------------- beccek, sopan, begus
 buta ---------------- butah, tak ngatelak
 ganteng------------- ganteng
 gila----------------- gileh
 jelek ---------------- jhubek
 kenyang ------------ kenyang
 lapar---------------- lapar
 nakal --------------- nakal, mokong, tambeng, melleng
 sakit ---------------- sakek
 sembuh------------- beres
 tuli ----------------- tengel, budek, gupek

Untuk penyusunan kalimat seperti halnya bahasa indonesia pada umumnya, tidak ada banyak perubahan dan sesuai dengan kamus. Contoh : bapak pergi ke pasar, bahasa Maduranya bapak/rama/aba entar ka pasar. Kata “ka” berarti ke, contoh lain mbak minum air, bahasa Maduranya  mbhuk ngenom aeng.

2.5  Bahasa Madura di kota-kota perantauan
Suku Madura terkenal sebagai suku perantau. Pernyataan tersebut bisa dibuktikan dengan banyaknya orang-orang Madura di kawasan luar pulau jawa, seperti jember, probolinggo, Pasuruan, Surabaya, Malang, hingga ke Kalimantan. Dan sebagian besar dari mereka di negeri rantauan pekerjaannya adalah sebagi pedagang.
Menurut Ismani dalam makalahnya Beberapa Apek Kehidupan Orang Madura di Kota-Kota Perantauan (1979), keintiman orang-orang Madura dalam bergaul dan berkomunikasi dengan golongan lain rupanya lebih terbatas pada urusan pekerjaan saja. Mereka jarang sekali bergaul secara mesra dengan pihak lain (bukan orang Madura) walaupun itu merupakan tetangga dekat. Dari sinilah muncul anggapan bahwa orang Madura kurang ramah.
Di daerah Jember, suku Madura merupakan suku mayoritas, dengan demikian suku jawa menjadi suku minoritas. Sehingga dalam pemakaian bahasa Madura digunakan di pusat kota oleh warga setempat termasuk para pedagang. Namun tidak semua pedagang menggunakan bahasa Madura melainkan adalah pedagang kecil, seperti pedagang asongan, pedagang kaki lima, pedagang pinggir jalan dan di warkop-warkop. Karena untuk pedagang yang sudah mempunyai nama lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia untuk lebih menjaga kesopanan berinteraksi kepada para wisatawan khususnya.
Berbeda dengan di daerah Probolinggo, persebaran orang Madura ada di daerah pinggiran kota karena tergusur oleh tuan rumah, orang Jawa. Keadaannya terbalik di daerah ini, suku Madura menjadi suku minoritas kerana kalah jumlahnya dengan suku jawa. Jadi bahasa Madura banyak digunakan oleh orang-orang desa warga Probolinggo.




BAB III
PENUTUP
3.1  Simpulan
Bahasa Madura merupakan salah satu bahasa dari 726 bahasa yang ada di kepulauan Indonesia ini. Bahasa Madura menjadi bahasa nomor empat yang dipakai oleh warga Indonesia setelah bahasa Indonesia, bahasa Jawa, dan bahasa Sunda.
Dalam perkembangannya bahasa Madura mengalami pasang surut, karena bersaing dengan bahasa-bahasa anak muda zaman sekarang. Dari tahun ke tahun semakin menurun minat anak muda akan bahasa ini. Semoga ini termasuk teori siklus, perubahan sosial ini  bukan menjadi perubahan yang sejati. Bila benar demikian, maka akan ada masa lagi ketika masyarakat berminat  dengan bahasa Madura.
Bahasa yang unik, bila dari pelafalan bahasanya terlihat kasar tetapi bila sudah berbentuk tulisan terlihat sebagai bahasa yang berkompleksitas tinggi. Menurut penulis bahasa yang indah bila berbentuk tulisan. Keunikan bahasa Madura yang lain adalah tidak mengenal kata ganti orang ketiga, memiliki fonem-fonem beraspirat dan tanaspirat, fungsi morfem yang tentunya tidak dimiliki bahasa lain, logat Madura yang khas dan sulit ditiru, dungngeng dan syi’ir-syi’irnya yang religious serta banyak hal lain yang mungkin belum terungkap.
Bahasa Madura tidak hanya digunakan oleh suku Madura yang ada di pulaunya saja, namun dalam negeri rantauan bahasa ini tetap digunakan dalam bahasa keseharian, antara sesama suku Madura. Bila interaksinya terjadi antara orang Madura dengan penduduk asli setempat bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, karena perantau mula dari Madura biasanya belum mengerti bahasa ditempat rantauannya. Untuk daerah tapal kuda (sekitar pulau Madura, daerah jawa timur), sebagian besar bahasa yag digunakannya adalah bahasa Madura, karena nenek moyang/ leluhur mereka asli dari Madura.

3.2  Saran
Bahasa merupakan perlambangan budaya suatu daerah. Suatu daerah dapat dikenal dari model bahasanya. Dengan bahasa, pesan yang ingin kita sampaikan bisa tersampai kepada lawan bicara kita. Bahasa muncul bisa dari kebiasaan. Seseorang yang belajar bahasa lain akan lebih mudah bisa bila bahasa itu dirangkai dalam kehidupannya. Dengan demikian, untuk menghindari kepunahan bahasa Madura adalah dengan menggunakan bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari meskipun di negeri rantauan.
Terlepas dari semua itu, kita sebagai penghuni Negara Indonesia yang notabene sebagai Negara plural dilarang menghakimi budaya lain, sehingga tidak ada lagi pernyataan bahwa budaya kita lebih tinggi dari budaya lain. Biarlah semua itu menjadi keberagaman yang indah dalam satu wadah bhinneka tunggal ika.



DAFTAR RUJUKAN
A. Buku
Dendy Sugono, dkk. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia jilid 2. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. 1979. Madura III: Kumpulan makalah-makalah seminar 1979. Malang: Depdikbud.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Tata Krama Suku Bangsa Madura. Yogyakarta: Depdikbud.
Hatib, Ahcmad. 1979. Kata Ulang Bahasa Madura. Dalam Depdikbud, Madura III: Kumpulan makalah-makalah seminar 1979 (hlm. 304-322). Yogyakarta: Depdikbud.
Ismani. 1979. Beberapa Aspek Kehidupan Orang Madura Di Kota-Kota Perantauan. Dalam Depdikbud, Madura III: Kumpulan makalah-makalah seminar 1979 (hlm. 323-366). Yogyakarta: Depdikbud.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Salzner. 1960. Aprachenatlas des Indopazifischen Raumes. Wiesbaden.
Samsuri. 1987. Analisis Bahasa: Memahami Bahasa Secara Ilmiah. Jakarta: Erlangga. 
Soegianto, dkk. 1981. Kemampuan Berbahasa Madura Murid Kelas VI SD Madura: Mendengarkan Dan Berbicara. Jakarta: Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.
Widiyartono, Didin. 2012. Bahasa Indonesia Riset. Malang: UB Press.

B.  Internet
 Azhar, Iqbal Nurul. 2012. Sastra Madura Potensi Budaya Yang Mulai Terabaikan (http://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/artikel-sastra/sastra-madura-potensi-budaya-yang-mulai-terabaikan/) diakses pada 4 Desember 2012.
Kurniawan, Eri. 2011. Madura Go Interntional (http://luar-negeri.kompasiana.com/2011/01/13/madura-go-international/) diakses pada 4 Desember 2012.
Luqman. 2012. Kamus Lengkap Bahasa Madura Indonesia (http://id.shvoong.com/books/dictionary/1986712-kamus-lengkap-bahasa-madura-indonesia/)  diakses pada 6 Desember  2012.
NN. 2011. Cara Cepat Belajar Bahasa Madura (http://d4roel.wordpress.com/2011/05/30/cara-cepat-belajar-bahasa-madura/) diakses pada 4 Desember 2012.
NN. 2012. Keunikan Bahasa Madura (http://4l4k4d4rny44.blogspot.com/2012/07/keunikan-bahasa-madura.html) diakses pada 4 Desember 2012.
Priantono, Bambang. 2012. Berkenalan Dengan Bahasa Madura (http://bambangpriantono.multiply.com/market/item/38/Berkenalan-dengan-Bahasa-Madura-Bagian-1?&show_interstitial=1&u=%2Fmarket%2Fitem)  diakses pada 6 Desember 2012.
Wahyudi, Oetomo. 2012. Menjaga Kelestarian Bahasa Madura (http://bahasa.kompasiana.com/2012/07/29/menjaga-kelestarian-bahasa-madura-480899.html) diakses pada 4 Desember 2012.
Wikipedia Bahasa  Madura. 2012. Bahasa Madura (http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Madura) diakses pada 4 Desember 2012.
C.    Pesan Pendek
Anto Nurdiansyah (08155909480), 13 Desember 2012. Bahasa Madura dipakai bahasa perdagangan. Pesan pendek kepada Susi Mardiyanti (083893844360).
Fadhilatul Azhar (087750253008), 10 Desember 2012. Contoh Bahasa Madura. Pesan pendek kepada Susi Mardiyanti (083893844360).
                                                 



[2] Wikipedia 2000 bahasa Madura, pembaharuan 2012
[3] Drs. Ahmad hatib, Kata ulang Bahasa Madura dalam buku Madura III: Kumpulan makalah-makalah seminar 1979 (hlm: 305)
[4] Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata dalam buku Tata Krama Suku Bangsa Madura, (2002. Hlm: 4)
[5] Ibid hlm 1
[7] Dalam buku Samsuri, Analisis Bahasa, (1987, hlm. 170)
[8] Azhar, Iqbal Nurul. Dalam artikel Sastra Madura Potensi Budaya Yang Mulai Terabaikan (http://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/artikel-sastra/sastra-madura-potensi-budaya-yang-mulai-terabaikan/)
[9] Dalam Depdiknas, Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid, (2003: 111)

2 komentar:

  1. thanks bgt ni postingan ini bantu banget buat tugas saya :)
    kalo sempat berkunjung juga ya www.jakaprimamaulana.blogspot.com

    BalasHapus