Tepat disampul depan bagian bawah
ada ungkapan gus Dur, ini adalah karya tentang gagasan besar rekonsiliasi
peristiwa G30S 1965/PKI. Pada sampul bagian belakang buku ini juga sudah
tertera synopsis singkat tentang bagaimana alur cerita yang akan disajikan oleh
Ahmad Tohari, dari inti tulisan tersebut dapat menggugah pembaca untuk segera
menamatkan buku ini karena penasaran bagaimana cerita selengkapnya.
Ahmad Tohari membuat alur yang
indah sehingga pembaca tidak bosan, alur yang maju mundur membuat pembaca tidak
bisa membaca dengan melompat-lompat, namun harus urut sehingga makna yang
didapatkan bisa secara utuh. Penggambaran karakter yang cukup jelas sehingga
pembaca bisa secara mandiri untuk membuat penggambaran yang jelas. Ahmad Tohari
mengaplikasikan teori-teori tentang komunis kedalam bentuk yang sederhana
sehingga pembaca tak perlu berulang-ulang membaca untuk memahaminya. Namun yang
masih saya pertanyakan apakah memang semua ajaran komunis itu salah, mengapa
yang banyak diceritakan tentang komunis di negeri ini sarat dengan hal yang
buruk. Saya masih penasaran tentang hal yang berkaitan dengan komunis dibalik
semua label keburukan itu.
Karman sebelum bertemu dengan
Marni pernah cinta mati dengan Rifah, Syarifah ibu Jabir, anak dari Haji Bakir.
Setelah Rifah menikah dengan yang lain, Karman masih terngiang dan untuk
beberapa tahun ia belum bisa melupakannya sampai akhirnya bertemu dengan Marni
yang bisa menaklukan hatinya. Namun sayangnya saya tidak mendapatkan
penggambaran yang utuh tentang bagaimana Marni bisa memikat hati Karman yang
dalam perjalanan cintanya karman seolah lupa dengan masa lalunya dengan Rifah.
Karman disini digambarkan sebagai korban yang mulanya
tidak tau apa-apa, namun dari awal Karman yang sudah menjadi target kader
partai secara berkelanjutan oleh orang partai untuk menanamkan ajaran partai
secara tersirat kepada Karman atas awal mula penanaman jasa kepada Karman
terhadap orang partai. Dalam jangka waktu dua tahun karman berubah pandangan
berpikirnya dari awal yang taat pada agama secara terang-terangan membenarkan
ajaran partainya yang menganggap agama adalah candu bagi orang yang tertindas
agar tidak melakukan resistensi terhadap orang yang berada diatasnya yang
berlaku semena-mena.
Terlepas dari semua itu novel ini
mengingatkan lagi bagaimana salah satu sejarah bangsa ini tentang perjalanan
setelah kemerdekaan, makar berdarah yang membuat ada pembeda yang benar dan
salah, yang dibenarkan dan disalahkan, yang untuk menebus kesalahan itu adalah
dengan kematian dan juga pengasingan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar