Flash Banner

INVESTASI CUMA RP 10.000,-

Minggu, 04 November 2012

Lingkungan Pembentuk Kepribadian



Tuhan YME memang maha sempurna, dengan kesempurnaanNya itu mampu menciptakan makhluk seperti manusia. Bentuk manusia yang sangat kompleks dari fisik maupun psikisnya. Banyak manusia yang tercipta dengan rupa yang sama atau mirip, tapi tak satupun Tuhan menyamakan isi pikiran manusia. Pikiran manusia yang berbentuk kepribadiannya. Kepribadian yang tak tampak dari wujudnya, cara yang bisa digunakan untuk mengetahui kepribadian seseorang adalah dengan mengenalnya dan menjalin hubungan yang diartikan adalah hubungan pertemanan dan bisa diperdalam lagi, sehingga akan semakin tampak kepribadian itu. Tetapi untuk sebagian orang yang ahli dalam memahami kepribadian itu atau dalam arti lain seorang psikolog dan sejenisnya akan dengan mudah mengetahui tipe kepribadian itu meskipun hanya dengan satu kali pertemuan.
            Itu menurut penulis bukan hal yang penting, tetapi pemahaman kepada kepribadian seseorang itu yang dinilai penting. Sehingga hidup terasa damai. Karena itu yang di cari, manusia sebagai makhluk social yang tiada mampu hidup sendiri.
            Kepribadian merupakan suatu kesatuan aspek jiwa dan badan, yang menyebabkan adanya kesatuan dalam tingkah laku dan tindakan seseorang. Pola  pembentukan kepribadian terjadi karena adanya interaksi pada dirinya sendiri, dengan pengaruh-pengaruh dari luar. (Alex sobur, 2003)
            Kepribadian seseorang dapat terbentuk secara alamiah, yang juga dipengaruhi oleh factor lingkungan, sehingga menghasilkan perbedaan produk kepribadian. Dan factor lingkungan adalah factor dominan dalam pembentukan kepribadian. Kepribadian seseorang akan dapat berubah, bila seseorang itu tinggal dalam lingkungan yang berbeda dengan lingkungan yang dulu. Tetapi, perubahan itu bukan secara utuh, karena kepribadian asli seseorang itu terbentuk ketika dalam lingkungan keluarga setelah dilahirkan. Sejalan dengan itu, kepribadian dapat berubah namun tidak secara utuh, bila pemilik dari kepribadian itu nyaman dengan bentuk lingkungannya yang baru.
            Hipprocrates dan temannya Galenus pernah mengklasifikasikan manusia menurut keadaan zat cair dalam tubuhnya menjadi 4 macam, yaitu: seorang yang melankolis, sanguini (kekanak-kanakan), flegmatis (tenang), koleris (agresif).
            Seorang yang melankolis, adalah orang yang memiliki empedu hitam yang cukup banyak. Sehingga pengaruh yang dibawahnya berupa sikap-sikap negative sepeti murung, pesimis, curiga. Tetapi, bila dilihat dari sisi lain ternyata orang melankolis ini mempunyai sifat tidak mudah marah.
            Seorang yang memiliki tipe sanguinis adalah orang-orang yang memiliki cukup banyak darah, sehingga keluaran yang dihasilkan adalah sifat periang, selalu gembira dengan wajah yang selalu berseri-seri. Tetapi, dari sisi lain pula seorang yang memiliki tipe ini adalah orang-orang yang memiliki sifat kekanak-kanakan yang dinilai merepotkan orang-orang disekelilingnya.
Yang ketiga adalah orang-orang yang bertipe flegmatis yaitu kandungan zat cair dalan tubuhnya berupa lendir yang menyebabkan seseorang itu bersifat lamban dan pemalas. Namun orang-orang flegmatis ini adalah orang-orang yang mempunyai pembawaan tenang dan pendiriannya tidak gampang berubah.
Koleris adalah orang-orang yang mempunyai jumlah empedu kuning yang besar. Orang-orang dengan tipe ini mempunyai tubuh besar dan kuat. Namun sikap pengendaliannya kurang, sehingga mudah naik darah dan juga agresif dalam bertindak.
Kepribadian diri yang membentuk adalah lingkungan.  Bila lingkungan itu mengajarkan kehidupan yang keras, yang terbentuk adalah kepribadian yang suka menentang. Sebaliknya, bila lingkungan itu mengajarkan pribadi yang lembut dan santun, yang tercipta adalah pribadi yang santun. Namun kepribadian diri seseorang bukanlah sebuah yang yang mutlak, karena kepribadian mempunyai identitas yaitu sehat dan tidak sehat. Bila seseorang menilai kepribadiannya sehat maka hiduplah seseorang itu dengan kepribadian yang diciptakannya dengan pengaruh lingkungan. Bila seseorang itu menyadari bahwa kepribadiannya saat ini tidak sehat, maka  kepribadian itu akan menyesuaikan dengan kepribadian yang baru dengan mencari lingkungan yang baru, sehingga kepribadian yang diingankannya dapat terasa sehat.
Dengan demikian, kepribadian adalah milik diri, sehingga diri yang akan memilih tipe kepribadian yang akan memjadi tempat singgah tentunya dengan bantuan lingkungan yang bertugas sebagai pembentuk kebiasaan. Tetapi bukan berarti suatu lingkungan mempunyai penghuni yang sama dalam kepribadiannya. Perlu diingat bahwa masing-masing manusia mempunyai lebih dari satu lingkungan dalam menjalani kehidupannya.
           
BY: susi mardiyanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar