Tuhan
YME memang maha sempurna, dengan kesempurnaanNya itu mampu menciptakan makhluk
seperti manusia. Bentuk manusia yang sangat kompleks dari fisik maupun
psikisnya. Banyak manusia yang tercipta dengan rupa yang sama atau mirip, tapi
tak satupun Tuhan menyamakan isi pikiran manusia. Pikiran manusia yang
berbentuk kepribadiannya. Kepribadian yang tak tampak dari wujudnya, cara yang
bisa digunakan untuk mengetahui kepribadian seseorang adalah dengan mengenalnya
dan menjalin hubungan yang diartikan adalah hubungan pertemanan dan bisa
diperdalam lagi, sehingga akan semakin tampak kepribadian itu. Tetapi untuk
sebagian orang yang ahli dalam memahami kepribadian itu atau dalam arti lain
seorang psikolog dan sejenisnya akan dengan mudah mengetahui tipe kepribadian
itu meskipun hanya dengan satu kali pertemuan.
Itu menurut penulis bukan hal yang
penting, tetapi pemahaman kepada kepribadian seseorang itu yang dinilai
penting. Sehingga hidup terasa damai. Karena itu yang di cari, manusia sebagai
makhluk social yang tiada mampu hidup sendiri.
Kepribadian merupakan suatu kesatuan
aspek jiwa dan badan, yang menyebabkan adanya kesatuan dalam tingkah laku dan
tindakan seseorang. Pola pembentukan
kepribadian terjadi karena adanya interaksi pada dirinya sendiri, dengan
pengaruh-pengaruh dari luar. (Alex sobur, 2003)
Kepribadian seseorang dapat
terbentuk secara alamiah, yang juga dipengaruhi oleh factor lingkungan,
sehingga menghasilkan perbedaan produk kepribadian. Dan factor lingkungan adalah
factor dominan dalam pembentukan kepribadian. Kepribadian seseorang akan dapat
berubah, bila seseorang itu tinggal dalam lingkungan yang berbeda dengan
lingkungan yang dulu. Tetapi, perubahan itu bukan secara utuh, karena
kepribadian asli seseorang itu terbentuk ketika dalam lingkungan keluarga
setelah dilahirkan. Sejalan dengan itu, kepribadian dapat berubah namun tidak
secara utuh, bila pemilik dari kepribadian itu nyaman dengan bentuk
lingkungannya yang baru.
Hipprocrates dan temannya Galenus
pernah mengklasifikasikan manusia menurut keadaan zat cair dalam tubuhnya menjadi
4 macam, yaitu: seorang yang melankolis, sanguini (kekanak-kanakan), flegmatis
(tenang), koleris (agresif).
Seorang yang melankolis, adalah
orang yang memiliki empedu hitam yang cukup banyak. Sehingga pengaruh yang
dibawahnya berupa sikap-sikap negative sepeti murung, pesimis, curiga. Tetapi,
bila dilihat dari sisi lain ternyata orang melankolis ini mempunyai sifat tidak
mudah marah.
Seorang yang memiliki tipe sanguinis
adalah orang-orang yang memiliki cukup banyak darah, sehingga keluaran yang
dihasilkan adalah sifat periang, selalu gembira dengan wajah yang selalu
berseri-seri. Tetapi, dari sisi lain pula seorang yang memiliki tipe ini adalah
orang-orang yang memiliki sifat kekanak-kanakan yang dinilai merepotkan
orang-orang disekelilingnya.
Yang
ketiga adalah orang-orang yang bertipe flegmatis yaitu kandungan zat cair dalan
tubuhnya berupa lendir yang menyebabkan seseorang itu bersifat lamban dan
pemalas. Namun orang-orang flegmatis ini adalah orang-orang yang mempunyai
pembawaan tenang dan pendiriannya tidak gampang berubah.
Koleris
adalah orang-orang yang mempunyai jumlah empedu kuning yang besar. Orang-orang
dengan tipe ini mempunyai tubuh besar dan kuat. Namun sikap pengendaliannya
kurang, sehingga mudah naik darah dan juga agresif dalam bertindak.
Kepribadian
diri yang membentuk adalah lingkungan.
Bila lingkungan itu mengajarkan kehidupan yang keras, yang terbentuk
adalah kepribadian yang suka menentang. Sebaliknya, bila lingkungan itu
mengajarkan pribadi yang lembut dan santun, yang tercipta adalah pribadi yang
santun. Namun kepribadian diri seseorang bukanlah sebuah yang yang mutlak,
karena kepribadian mempunyai identitas yaitu sehat dan tidak sehat. Bila
seseorang menilai kepribadiannya sehat maka hiduplah seseorang itu dengan
kepribadian yang diciptakannya dengan pengaruh lingkungan. Bila seseorang itu
menyadari bahwa kepribadiannya saat ini tidak sehat, maka kepribadian itu akan menyesuaikan dengan
kepribadian yang baru dengan mencari lingkungan yang baru, sehingga kepribadian
yang diingankannya dapat terasa sehat.
Dengan
demikian, kepribadian adalah milik diri, sehingga diri yang akan memilih tipe
kepribadian yang akan memjadi tempat singgah tentunya dengan bantuan lingkungan
yang bertugas sebagai pembentuk kebiasaan. Tetapi bukan berarti suatu
lingkungan mempunyai penghuni yang sama dalam kepribadiannya. Perlu diingat
bahwa masing-masing manusia mempunyai lebih dari satu lingkungan dalam
menjalani kehidupannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar